Advertisement
![]() |
Jakarta - Harga minyak mentah Brent turun tipis sebesar 13 sen atau 0,2 persen menjadi US$63,93 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga melemah dengan angka yang sama, berada di level US$60 per barel.
Sempat ada harapan penguatan setelah Senat AS menunjukkan sinyal positif terkait kesepakatan pendanaan federal yang berpotensi mengakhiri penutupan sebagian pemerintahan. Namun, ketidakpastian mengenai persetujuan final oleh Kongres dan kekhawatiran akan oversupply minyak global membatasi kenaikan harga.
Analis dari Ritterbusch and Associates mencatat bahwa peningkatan produksi dari negara-negara OPEC terus berlanjut, sehingga neraca minyak global cenderung bearish dari sisi pasokan. Sementara itu, permintaan minyak juga menunjukkan pelemahan seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara konsumen utama.
Pada awal bulan ini, OPEC+ telah sepakat untuk menaikkan target produksi bulan Desember sebesar 137 ribu barel per hari, serupa dengan peningkatan pada bulan Oktober dan November. Meskipun demikian, aliansi produsen minyak tersebut juga memutuskan untuk menghentikan kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.
Selain itu, pasar juga memantau dampak sanksi terbaru yang dijatuhkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap dua perusahaan minyak besar Rusia, Rosneft dan Lukoil.
Menurut sumber dari Reuters, Lukoil telah menyatakan force majeure pada proyek lapangan minyaknya di Irak. Bulgaria juga bersiap untuk mengambil alih kilang Burgas milik perusahaan tersebut. Langkah ini menjadi dampak terbesar dari sanksi yang diberlakukan bulan lalu.
Volume minyak yang disimpan di kapal-kapal di perairan Asia juga dilaporkan meningkat signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Peningkatan ini terjadi setelah sanksi Barat memperketat ekspor minyak Rusia ke China dan India, sementara pembatasan kuota impor mengurangi permintaan dari kilang independen di China.
Beberapa kilang di China dan India dilaporkan mulai beralih ke pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah dan negara-negara lain.
Ritterbusch menambahkan bahwa tantangan utama bagi prospek harga minyak yang bearish saat ini adalah sejauh mana China akan terus memasukkan minyak Rusia ke dalam cadangan strategisnya, serta apakah India akan mengikuti saran Trump untuk menunda pembelian lebih lanjut dari Rusia.
